Oleh: Bambang Sismedi Saputro
ABSTRAK
Artikel dengan judul ”Konsep Budaya Sekolah Islami
(BUSI) dan Penerapannya di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang” ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana
gagasan tentang Budaya Sekolah Islami (BUSI) yang
diterapkan di SMA Islam Sultan Aung 3 Semarang.
Metode yang dipakai dalam penelitian
ini adalah observasi, wawancara (interview), dokumentasi , dan analisis diskriptif
kualitatif.
Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa terdapat dua pandangan tentang Budaya
Sekolah Islami (BUSI). Pertama, konsep
Budaya Sekolah Islami (BUSI),
yaitu program penanaman nilai-nilai Islami. Kedua, penerapan Budaya
Sekolah Islami (BUSI) di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang.
Kata Kunci: Budaya, Sekolah, Islami.
A. Pendahuluan
Artikel berjudul
Konsep Budaya Sekolah Islami (BUSI) dan
Penerapannya di SMA Islam Sultan Aung 3 Semarang, yang merupakan hasil penelitian ini dimaksudkan untuk melihat
sejauh mana Konsep Budaya Sekolah Islami (BUSI) yang telah di terapkan di SMA
Islam Sultan Agung 3 Semarang. Hal ini sangat penting mengingat Konsep Budaya
Sekolah Islami (BUSI) merupakan program penanaman nilai-nilai Islami di sekolah.
Artikel ini berusaha mengungkapkan fakta
bahwa Konsep Budaya Sekolah Islami (BUSI) merupakan program untuk menanamkan
bagi peserta didik supaya terbiasa dengan budaya nilai-nilai Islami yang
diterapakan di sekolah maupun di lingkungan keluarga.
Usaha-usaha yang
dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta
mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam kehidupan dan
kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan. Karena bagaimanapun peradaban
suatu masyarakat, di dalamnya berlangsung dan terjadi suatu proses pendidikan
sebagai usaha manusia untuk melestarikan hidupnya.[1]
Dalam Undang-undang tentang Sistem
Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) nomor 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa tujuan pendidikan
adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.[2]
‘Sebagai
tempat belajar peserta didik setiap
hari, sekolah memiliki peranan dan
fungsi yang penting bagi peserta didik
karena sekolah merupakan sebuah lingkungan kebudayaan tersendiri. H.
Koestoer Partowisastro, S.Psi menyebutkan dalam bukunya Dinamika Dalam
Psikologi Pendidikan bahwa:
Sedikitnya ada tiga fungsi dari sekolah,
antara lain:
1. Sekolah sebagai institusi yang membantu
proses pendidikan dan sosialisasi total yang ditujukan kepada pembentukan
kepribadian dari anak.
2.
Sekolah
menerima tanggungjawab tertentu atas aspek-aspek spesifik dari proses sosialisasi ini.
Makna
nilai budaya Islam dalam kehidupan tercermin dari perilaku keseharian dan
aktifitas kerja yang memiliki dampak positif terhadap lingkungan. Proses
terbentuknya nilai budaya Islam secara bertahap seiring jalannya waktu dengan
perkembangan budaya dan teknologi saat itu. Potensi berkembangnya nilai budaya
Islam dalam diri seseorang terbentuk atas dasar kemauan diri serta dukungan
lingkungan sekitarnya.[4]
Moralitas, etika, budi pekerti adalah
wujud dalam perilaku kehidupan bukan hanya dalam ucapan dan tulisan. Oleh
karena itu, penilaiannya pun tidak cukup kalau hanya lewat ujian tertulis. Akan
lebih baik jika penilaiannya didesain untuk menilai moralitas. Sekolah yang
tugasnya mendidik apabila antara ilmu pengetahuan dan budi pekerti saling
seimbang maka akan tercipta peserta didik yang berkualitas dari segi keilmuan
dan perilakunya.[5]
SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang sebagai
sekolah Islami mempunyai konsep tersendiri di dalam membangun kader-kader
generasi khaira ummah yaitu dengan gerakan Budaya Sekolah
Islami (BUSI). Pembudayaan yang dicanangkan di
SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang diantaranya adalah gerakan sholat berjamaah,
tadarus Al-Qur’an, gerakan lingkungan bersih dan sehat, budaya disiplin
(disiplin perilaku dan berbusana) serta gerakan mewujudkan akhlak mahmudah.[6]
Berangkat dari uraian di
atas, ada dua pokok persoalan yang dijelaskan lebih rinci dalam tulisan ini. Pertama, konsep Budaya Sekolah
Islami (BUSI). Kedua, penerapan Budaya
Sekolah Islami (BUSI) di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang.
B.
Budaya Sekolah Islami (BUSI)
1. Budaya Sekolah
a. Pengertian Budaya Sekolah
Manusia merupakan makhluk yang berbudaya,
melalui akalnya manusia dapat mengembangkan kebudayaan. Begitu pula manusia
hidup tergantung pada kebudayaan sebagai hasil ciptaannya. Kebudayaan juga
memberikan aturan bagi manusia dalam mengolah lingkungan dengan teknologi hasil
ciptaannya.[7]
Budaya berasal dari bahasa sansekerta
“buddhayah” bentuk jamak dari “budhi” yang artinya akal atau segala sesuatu
yang berkaitan dengan akal pikiran, nilai-nilai dan sikap mental. Budi daya
berarti memberdayakan budi sebagaimana dalam bahasa inggris dikenal culture, yang artinya mengolah atau
mengerjakan sesuatu yang kemudian berkembang sebagai cara manusia
mengaktualisasi rasa (value), karsa (creativity), dan karya-karyanya (performance).[8]
Sedangkan Menurut Taylor (1997) menyatakan
bahwa kebudayaan adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat.[9]
Akal dan budi memungkinkan munculnya
karya-karya manusia yang sampai kapan pun tidak pernah akan dapat dihasilkan
oleh makhlu lain. Cipta, rasa, dan karsa pada manusia sebagai buah akal budinya
terus melaju tanpa henti-hentinya berusaha menciptakan benda-benda baru untuk
memenuhi hajat hidupnya; baik bersifat jasmani maupun rohani. Dari proses ini
maka lahirlah apa yang disebut kebudayaan.[10]
Dari pengertian diatas bahwa budaya
merupakan hasil dari pemikiran akal manusia yang berupa rasa, karsa, dan karya
yang telah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
‘Secara praktis kandungan utama tentang
budaya sebagai berikut:[11]
a.
Budaya berkaitan erat dengan
persepsi terhadap nilai dan lingkungannya yang melahirkan makna dan pandangan
hidup, yang akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku (the total way of life of a people).
b.
Adanya pola nilai, sikap tingkah
laku (termasuk bahasa), hasil karsa dan karya, termasuk segala instrumennya,
sistem kerja, teknologi, (a way of
thinking, feeling and believing).
c.
Budaya merupakan hasil dari
pengalaman hidup,kebiasaan-kebiasaan serta proses seleksi (menerima atau
menolalak) norma-norma yang ada dalam cara dirinya berinteraksi sosial atau
menempatkan dirinya di tengah-tengah lingkungan tertentu.
d.
Dalam proses budaya terdapat
saling mempengaruhi dan saling ketergantungan (interdepensi), baik sosial maupun lingkungan non-sosial’.
Sekolah sebagai sarana pendidikan peserta
didik mempunyai posisi yang penting untuk mengajarkan pengetahuan,
keterampilan, dan menanamkan dalam diri mereka kebiasaan-kebiasaan yang baik.
Sekolah sebagai tempat untuk belajar perlu adanya penanaman kebudayaan di
lingkungan sekolah.
‘Sekolah pada dasarnya merupakan gabungan
dari barbagai jalinan interaksi dari komponen-komponen yang ada di dalamnya
baik akademik maupun non akademik. Interaksi yang dimaksud di sini antara lain:
interaksi guru dengan siswa secara formal dalam pembelajaran, intaraksi antar
guru dan pegawai administrasi, interaksi antar sesama peserta didik dan
antara peserta didik dengan staf pegawai, guru dan kepala sekolah. Interaksi
yang demikian banyak terjadi di sekolah tersebut memberikan signal bahwa
program kerja sekolah seharusnya memiliki suatu sistem yang mampu
mengkoordinasi seluruh aksi yang ada di dalamnya’.[12]
Sekolah merupakan tempat
pembelajaran dan juga tempat untuk menjalin hubungan dengan seluru civitas
akademika yang berada di lingkungan sekolah. Selain itu sekolah juga berperan
untuk menciptakan lingkungan yang harmonis sehingga peserta didik giat dan
tekun dalam belajarnya.
Menurut Deal dan Peterson (1999), budaya
sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan
keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru,
petugas administrasi, peserta didik, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya
sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di
masyarakat luas.[13]
‘Budaya sekolah adalah nilai-nilai dominan
yang didukung oleh sekolah atau falsafah yang menuntun kebijakan sekolah
terhadap semua unsur dan komponen sekolah termasuk stakeholders pendidikan,
seperti cara melaksanakan pekerjaan di sekolah serta asumsi atau kepercayaan
dasar yang dianut oleh personil sekolah. Budaya sekolah merujuk
pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara
bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang
dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh unsur
dan personil sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf, siswa dan jika perlu
membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah’.[14]
Berdasarkan pemaparan di atas dapat
disimpulkan bahwa budaya sekolah merupakan sekumpulan nilai yang disepakati
bersama yang dilaksanakan dengan kesadaran oleh seluruh civitas akademika yang
berada di lingkungan sekolah tersebut.
b. Fungsi Budaya Sekolah
Rendahnya penanaman budaya sekolah di kalangan
civitas akademika menjadikan lembaga pendidikan mempunyai mutu yang rendah.
Kondisi yang seperti itu seharusnya sekolah berusaha memperbaiki agar mempunyai
nilai lebih diantara sekolah yang lain dan di lingkungan masyarakat.
Rendahnya mutu pendidikan saat ini
disebabkan oleh lemahnya komitmen warga sekolah dalam mewujudkan budaya sekolah
dan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pendidikan sehingga akan berdampak
pada rendahnya peran serta dan partisipasi masyarakat terhadap pendidikan baik
secara moril maupun materiil. Kredibilitas sekolah di mata masyarakat,
akuntabilitas kinerja sekolah, dan kepuasan orang tua peserta didik harus sudah
terbentuk, sehingga membawa sekolah memiliki budaya sekolah yang tetap eksis.
Untuk memajukan budaya sekolah, perlu adanya kerjasama antar guru, peserta
didik, dan orang tua.[15]
Diharapkan dengan menerapkan budaya
sekolah menjadikan sekolah tersebut tetap eksis dan dipandang masyarakat
sekolah yang berkualitas. Budaya sekolah terbentuk dari eratnya kegiatan
akademik dan kesiswaan, seperti dua sisi mata uang logam yang tak dapat
dipisahkan. Jadi penerapan budaya sekolah sejak dini perlu ditanamkan pada diri
peserta didik agar tercipta lingkungan pembelajaran yang kondusif dan nyaman
bagi peserta didik.
2. Budaya Sekolah Islami (BUSI)
a. Pengertian Budaya Sekolah
Islami (BUSI)
Sekolah merupakan tempat belajar peserta
didik. Selain mengembangkan ilmu pengetahuan sekolah pelu menanamkan
nilai-nilai perilaku yang baik. Akan tetapi melihat realitanya sekarang ini
banyak terjadi permasalahan yang menyangkut peserta didik, misalnya: tawuran,
memakai narkoba, pacaran, dan sebagainya.
Perlu adanaya pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) yaitu suatu
pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri
peserta didik. Nilai sosial perlu ditanamkan karena nilai-nilai sosial
berfungsi sebagai acuan tingkah laku dalam berinteraksi dengan sesama sehingga
keberadaanya dapat diterima di masyarakat.[16]
Jadi dengan adanya pendekatan penanaman nilai
pada peserta didik diharapkan mampu menjadikan suasana di lingkungan sekolah
menjadi harmonis dan demokratis, misalnya: hidup bertanggung jawab, hidup
disiplin, dan hidup demokrasi.
Budaya sekolah Islami adalah suatu kegiatan
yang membiasakan penerapan nilai-nilai Islam pada peserta didik, guru, di
lingkungan sekolah. Penanaman nilai-nilai budaya sekolah Islami harus dimulai
sedini mungkin agar mereka terbiasa dalan menerapkan nilai-nilai Islam baik di
sekolah dan yang terpenting di lingkungan masyarakat.[17]
Penanaman nilai-nilai Islami antara lain:
disiplin dalam shalat berjama’ah secara tepat waktu, membuang sampah pada
tempatnya, menjaga kebersihan badan, sopan terhadap guru, dan sesama peserta
didik, memakai busana yang menutupi aurat, dan rutin membaca Al-Qur’an/tadarus.[18]
b. Fungsi dan Tujuan Budaya
Sekolah Islami (BUSI)
Sekolah sebagai sarana untuk mencari ilmu, perlu menanamkan nilai-nilai
kebiasaan-kebiasaan yang baik untuk peserta didik agar selamat dari pengaruh
perilaku negatif yang sekarang ini merebak dikalangan remaja. Disiplin, jujur,
memakai busana sesuai aturan, sopan terhadap guru dan sesama peserta didik,
merupakan kebiasaan yang perlu diterapkan dalam diri peserta didik. Apabila
kebiasaan itu bisa diciptakan maka akan terbentuk budaya sekolah yang Islami.
Fungsi Budaya Sekolah Islami (BUSI) yaitu:[19]
1. Membentuk perilaku anak dalam
pengamalan ajaran Islam
2. Pembiasaan melakukan ajaran-ajaran
Islam di sekolah
Sedangkan tujuan Budaya Sekolah Islami (BUSI) adalah setiap peserta
didik memiliki kesadaran untuk menerapkan ajaran Islam di lingkungan sekolah
dan keluarga.[20]
c.
Arti Penting Budaya Sekolah
Islami (BUSI)
Penanaman budaya sekolah Islami sejak dini perlu
diterapkan bagi peserta didik agar mereka terbiasa dengan ajaran Islam dan
rutin melakukan setiap hari. Penanaman Budaya Sekolah Islami sangat penting
karena sebagai nilai-nilai Islami yang riil terhadap pelajaran agama yang
diterima peserta didik di bangku sekolah.[21]
Selain mengajarkan materi, guru juga harus
berupaya mengajarkan dan mencontohkan bagi anak didiknya untuk mempraktekkan
dan mengamalkan materi-materi pelajaran agama yang sudah di dapatkan di dalam
kelas. Diharapkan dengan mempraktekkan materi-materi yang sudah diajarkan maka
peserta didik terbiasa mengamalkan nilai-nilai Islam di sekolah dan di
lingkungan keluarga.[22]
Diharapkan untuk keberhasilan penerapan
nilai-nilai Islam di sekolah, membutuhkan
motivasi dari semua pihak warga sekolah untuk selalu mensosialisasikannya
sehingga terjadi internalisasi nilai. Dan juga perlu adanya figur yang bisa
menjadi teladan bagi yang lainnya. Proses pembudayaan pergaulan, berpakaian,
kedisiplinan, dan kebersihan, memerlukan kesabaran dan ketelatenan. [23]
d. Macam-macam Budaya Sekolah
Islami (BUSI) [24]
1.
Busana Islami
· Peserta didik putra
a)
Memakai Celana panjang standar
b)
Hari Senin sampai dengan Rabu berseragam hem
putih dan celana abu-abu dengan atribut sekolah lengkap ( beds, lokasi, nama
diri, ikat pinggang) dan bersepatu hitam
dengan kaos kaki putih.
c)
Hari Kamis berseragam pramuka, hem
dan celana coklat dengan atributnya.
d)
Hari Jum’at dan Sabtu memakai seragam baju
batik model koko, celana abu-abu dan bersepatu dengan kaos kaki warna bebas.
e)
Pelajaran Pendidikan Olah Raga memakai seragam
olah raga (celana panjang dan kaos lengan panjang).
f)
Memakai baju dimasukkan dengan
rapi dan bersih.
· Peserta didik putri
a)
Memakai rok panjang dan longgar
b)
Hari Senin sampai dengan Rabu
berseragam Blus berlengan panjang warna putih dan rok abu-abu dengan beratribut
sekolah lengkap (beds, lokasi, nama diri, ikat pinggang) tidak ketat, tidak
junkis dan bersepatu hitam dengan kaos kaki putih.
c)
Berkerudung sesuai dengan seragam.
d)
Hari Kamis berseragam pramuka, hem
dan rok panjang coklat dengan atributnya.
e)
Hari Jum’at dan Sabtu memakai
seragam baju batik, rok abu-abu dan bersepatu dengan kaos kaki warna bebas.
f)
Pelajaran Pendidikan Olah Raga
memakai seragam olah raga (celana panjang dan kaos lengan panjang).
g)
Tidak memakai make up yang
berlebihan.
h)
Tidak memakai parfum yang
menyengat.
i)
Tidak memakai perhiasan yang
berlebihan.
j)
Berbusana rapi dan bersih.
2. Adab di Sekolah
a)
Berpakaian Islami ( keterangan di atas).
b)
Berangkat ke sekolah berpamitan dengan orang
tua dengan bercium tangan.
c)
Berdo’a keluar dari rumah.
d)
Berdo’a naik kendaraan.
e)
Sampai di sekolah membaca
Alhamdulillah.
f)
Bersalaman dengan mencium tangan
kepada Bapak/Ibu guru /Karyawan sebelum masuk kelas.
g)
Setiap bertemu dengan warga sekolah bersikap:
Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun (5S).
3.
Adab di Luar Kelas/Sekolah
a)
Mengikuti upacara/apel pagi sesuai dengan
jadwal dengan pengaturan tempat berbaris yang berbeda antara putra dan putri.
b)
Makan/minum (jajan) pada waktu istirahat di kantin
SMA dengan tidak boleh campur antara putra dan putri.
c)
Khusus istirahat kedua jajan dilakukan setelah
shalat berjamaah.
d)
Memberi salam pada bapak / ibu guru / karyawan
bila berpapasan
e)
Menerapkan 5 S (Senyum, Sopan,
Santun, Salam, Sapa) kepada semua warga sekolah.
f)
Tidak diperbolehkan berduaan antara putra dan
putri.
g)
Tidak boleh berboncengan antara
putra dan putri.
4.
Bertamu
1)
Berbusana muslim/muslimah yang
sopan.
2)
Ketuk pintu dengan mengucapkan
salam.
3)
Bersalaman sesama jenis kelamin dengan tuan rumah.
4)
Duduk dengan sopan di ruang tamu
atau teras.
5)
Berpamitan dengan meminta maaf
kepada tuan rumah jika ada kesalahan kemudian mengucapkan salam.
6)
Selesai bekunjung pulang kembali
ke rumah.
5.
Di Dalam Kelas
a)
Peserta didik masuk kelas dengan tertib dengan
menerapkan 5S.
b)
Peserta didik duduk dengan tertib sesuai
dengan aturan : putra duduk di depan, putri duduk di belakang.
c)
Dalam mengawali dan mengakhiri pertemuan di
kelas, guru memberi salam dan peserta didik wajib menjawabnya.
d)
Sebelum KBM jam pertama dimulai peserta didik
berdo’a bersama dengan dipandu guru kelas yang mengajar di jam pertama kemudian
membaca tadarrus Al-Qur’an satu halaman.
e)
KBM didahului dengan bacaan basmalah dan
diakhiri dengan bacaan hamdalah.
f)
Guru menyampaikan materi pelajaran sesuai
dengan silabus.
g)
Pada saat KBM jam terakhir berakhir guru
menutup dengan bacaan Surat Al-‘Ashr, doa sapu jagad dan doa penutup majlis
secara bersama-sama.
h)
Peserta didik keluar kelas dengan sikap 5S dan
bersalaman dengan guru yang berada di kelas.
6.
Sholat Berjamaah
a)
Persiapan menjelang sholat dzuhur: Penyediaan
air wudlu, tempat dan saund system.
b)
Jam 11.45. Kegiatan Belajar Mengajar,
administrasi TU, kantin dan pelaksanaan kegiatan kesenian, olah raga, diskusi,
seminar, dan lain-lain dihentikan.
c)
Guru yang mengajar jam ke enam
membimbing peserta didiknya ke mushalla dengan didahului do’a berangkat ke
masjid.
d)
Bagi peserta didik yang haid
ditangani khusus.
e)
Jamaah sekolah melakukan wudlu.
f)
Muadzdzin adzan.
g)
Warga sekolah masuk mushalla
kemudian menata shof dengan tertib.
h)
Warga sekolah berdoa bersama: do’a
setelah wudlu dan do’a masuk masjid.
i)
Muadzdzin melakukan iqomah.
j)
Sholat jamaah dimulai dengan
khusu’.
k)
Dzikir.
l)
Keluar masjid / mushalla dengan
tertib.
m)
Do’a.
7.
Adab
Makan / Minum
a)
Mencuci tangan sebelum makan.
b)
Menyiapkan makanan.
c)
Duduk di tempat makan yang telah disediakan.
d)
Berdo’a sebelum makan.
e)
Memakan makanan yang halal, bersih dan
bergizi.
f)
Disaat
makan tidak berbicara, bergurau / berdiri.
g)
Makan secukupnya.
h)
Berdoa selesai makan.
i)
Merapikan
dan membersihkan meja makan.
j). Mencuci tangan setelah makan.
k). Makan di kantin sesuai dengan
jadwal.
8.
Kebersihan
a)
Membuang sampah di tempatnya.
b)
Lantai kelas yang kotor di sapu
dan dipel oleh petugas piket kelas.
c)
Piket kelas bertugas membersihkan
papan tulis.
d)
Warga sekolah mematikan kran jika
air penuh.
e)
Mematikan lampu jika ruangan sudah
terang.
f)
Mematikan kipas angin jika meninggalkan ruang
kelas.
g)
Warga sekolah dianjurkan untuk
dawamul wudlu (melanggengkan wudlu).
C.
Penerapan Budaya Sekolah
Islami
Penerapan Budaya Sekolah
Islami di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang oleh para warga sekolah adalah
sebagai berikut:
- Gerakan sholat berjama’ah.
a.
Sholat Dhuhur. [25]
1)
Pada pukul 11.45 WIB semua
kegiatan peserta didik, guru dan karyawan dihentikan sesaat untuk persiapan
sholat dhuhur berjama’ah.
2)
Dengan pengawasan bapak/ibu guru,
para peserta didik mengambil air wudlu pada tempat wudlu dengan tertib.
3)
Kemudian masuk kedalam musholla
dengan tertib dan membentuk shof (barisan sholat) dengan pengarahan
bapak/ibu guru.
4)
Pada pukul 12.00 iqomah
dikumandangkan.
5)
Imam memimpin jama’ah, merapikan
shof dan sholat jama’ah dimulai.
6)
Setelah sholat jamaah selesai
kemudian dzikir dan berdoa bersama yang dipimpin imam sampai pukul 12.10 WIB.
7)
Selesai berdoa, peserta didik
keluar dengan tertib dan istirahat.
8)
Peserta didik menemui wali kelas masing-masing untuk absensi sholat
jama’ah dluhur.
b.
Sholat Jum’at.[26]
1)
Pada pukul 11.20 WIB semua
kegiatan peserta didik, guru dan karyawan dihentikan untuk persiapan sholat
Jum’at.
2)
Kelas yang mendapat giliran,
mempersiapkan diri untuk berwudlu i’tikaf di Musholla.
3)
Pukul 12.00 khotbah jum’ah dimulai
dan dilanjutkan dengan sholat jum’ah berjama’ah kemudian diakhiri dengan doa
bersama yang dipimpin imam.
4)
Selesai shalat jum’ah sampai pukul
12.30 WIB.
- Budaya tadarus Al-Qur’an.[27]
a.
Pada pukul 06.50 WIB semua peserta
didik masuk kelas masing-masing.
b.
Kemudian peserta didik duduk di
tempat masing-masing, putra dengan putra, putri dengan putri.
c.
Pukul 07.00 – 07.30 WIB dengan
dipandu guru, para peserta didik bersama-sama membaca Al-Qur’an/tadarus sampai
1 halaman. Guru pemandu adalah guru yang mengajar jam ke-1.
- Budaya bersih dan sehat.[28]
Budaya bersih dan sehat antara
lain dengan:
a.
Membuang sampah pada tempatnya.
Masing-masing kelas telah disediakan tempat sampah beserta alat-alat
kebersihan.
b.
Membersihkan ruang kelas
masing-masing setiap pagi sesuai jadwal piket.
c.
Mematikan lampu dan kipas angin
setiap selesai pelajaran.
d.
Merapikan meja guru.
e.
Melepas sepatu ketika masuk ke
kelas.
- Budaya Disiplin.[29]
a.
Disiplin berperilaku
1)
Bel masuk dibunyikan pukul 06.50
WIB, dan peserta didik datang ke sekolah tepat waktu, tetapi masih ada beberapa
peserta didik yang terlambat.
2)
Peserta didik mematuhi tata tertib
yang sudah ditetapkan.
3)
Peserta didik mengikuti kegiatan
belajar mengajar di kelas maupun di luar kelas dengan tertib sesuai aturan yang
berlaku.
b.
Disiplin berbusana
Semua
warga sekolah di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang baik guru, peserta didik
maupun karyawan wajib memakai pakaian yang Islami sesuai ketentuan dalam tata
tertib.
- Gerakan akhlak mahmudah.[30]
Setiap bertemu dengan
bapak/ibu guru, para peserta didik mengucapkan salam kemudian bersalaman dan
mencium tangan bapak/ibu guru.
Selain itu para peserta
didik juga melaksanakan adab pergaulan dengan baik, antara lain:
a.
Mengucapkan salam ketika masuk ke
ruangan kelas dan ruangan yang lain.
b.
Mengucapakan salam dan bertegur
sapa saat bertemu dengan teman.
c.
Berjabat tangan ketika bertemu
guru dan sesama peserta didik.
d.
Tempat duduk antara peserta didik
putra dengan peserta didik putri dipisah dan tidak diperbolehkan duduk berdua
antara putra dan putri yang bukan mahrom.
e.
Saling menghormati dan menghargai
antara sesama teman.
f.
Saling mengasihi dan membantu
teman yang membutuhkan.
Untuk mendukung pelaksanaan Budaya Sekolah Islami (BUSI), Sekolah juga
membentuk tim motivator Budaya Sekolah Islami (BUSI) dari peserta didik dan
guru.[31]
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil
penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Konsep Budaya Sekolah Islami
(BUSI) di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang merupakan program penanaman nilai-nilai
Islami, antara lain: sholat berjama’ah, tadarus Al-Qur’an, budaya bersih dan
sehat, budaya disiplin (disiplin peraturan dan berpakaian), serta mewujudkan
akhlakul karimah. Nilai-nilai Islami perlu ditanamkan agar peserta didik
mempunyai kebiasaan menerapkan di lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga. Penanaman Budaya Sekolah Islami (BUSI) sangat
penting karena sebagai nilai-nilai Islami yang riil terhadap pelajaran agama
yang diterima peserta didik di bangku sekolah.
2.
Penerapan Budaya Sekolah Islami
(BUSI) di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang dilihat dari hasil observasi di
lingkungan sekolah dan wawancara. Hasil observasi dan wawancara menyatakan
bahwa peserta didik SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang telah menerapkan Budaya
Sekolah Islami (BUSI).
DAFTAR
PUSTAKA
Dr. A. Qodri Azizi, MA, Pendidikan (Agama) Untuk
Membangun Etika Sosial, Cet. Ke-1, Semarang, CV. Aneka Ilmu, 2002
Dr. H. M. Nur Hasan, M.
Si, Ilmu Sosial Budaya Dasar, Cet.
Ke-1, semarang, Unissula Press 2009
Dr. Zubaedi, m. Ag., M.
Pd., Pendidikan Berbasis Masyarakat, Cet.
Ke-5, Yogyakarta, PT. Pustaka
Pelajar, 2009
Drs. Djoko Widagdho, Ilmu Budaya
Dasar, Cet. Ke-1, Jakarta, Bina Aksara, 1988
Drs. H. Fuad Insan, Dasar-Dasar
Pendidikan, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1997
Himpunan Perundang-undangan
RI, Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), Bandung, CV. Nuansa Aulia,
2006
H. Koestoer Partowisastro, S.Psi., Dinamika Dalam
Psikologi Pendidikan, Jilid I, Jakarta, Erlangga, 1983
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/03/04/manfaat-prinsip-dan-asas
pengembangan-budaya-sekolah/
Materi PTSB (Pekan
Ta’aruf Siswa Baru) 11-13 Juli 1011, SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang
Nur Kholis, S.Ag, Kepala Sekolah SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang
Prof. Dr. Made
Pidarta, Landasan Kependidikan, Cet.
Ke-1, Jakarta, PT. Rineka Cipta,
1997
Tim Budai, Bunga Rampai Budai, Cet. Ke-1, Semarang, Unissula Press 2007
Yayasan Badan Wakaf Sultan
Agung Bidang Pendidikan, Program Sukses BUSI, SMA Islam Sultan
Agung 3 Semarang
[2] Himpunan Perundang-undangan RI, Sistem
Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), Bandung, CV. Nuansa Aulia, 2006, hlm. 102
[3] H. Koestoer
Partowisastro, S.Psi., Dinamika Dalam Psikologi Pendidikan, Jilid I,
Jakarta, Erlangga, 1983, hlm.17
[5] Dr. A. Qodri
Azizi, MA, Pendidikan (Agama) Untuk Membangun Etika Sosial, Cet. Ke-1,
Semarang, CV. Aneka Ilmu, 2002, hlm.110
[6] Yayasan
Badan Wakaf Sultan Agung Bidang Pendidikan, Program Sukses BUSI, SMA Islam Sultan Agung 3
Semarang, tt., hlm. 1
[7] Dr. H. M. Nur Hasan, M. Si, Ilmu Sosial Budaya Dasar, Cet. Ke-1,
semarang, Unissula Press 2009, hlm. 21-22
[9] Prof. Dr. Made Pidarta, Landasan
Kependidikan, Cet. Ke-1, Jakarta,
PT. Rineka Cipta, 1997, hlm. 157
[12]http://www.ponpeskarangasem.com/index.php?option=com_content&view=article&id=295:budaya-sekolah&catid=67:artikel-kiriman&Itemid=93
diakses hari rabu tanggal 21 september 2011
[14] http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/03/04/manfaat-prinsip-dan-asas
pengembangan-budaya-sekolah/ diakses Rabu, 21 September 2011
[16] Dr. Zubaedi, m. Ag., M. Pd., Pendidikan Berbasis Masyarakat, Cet.
Ke-5, Yogyakarta, PT. Pustaka Pelajar, 2009, hlm. 12
[17] Nur Kholis, S.Ag, Kepala Sekolah SMA Islam
Sultan Agung 3 Semarang, wawancara secara langsung pada hari Senin, 10 Oktober
2011 pukul 09.00WIB